Notification

×

Iklan

Iklan

A D V E R T I S E M E N T

Indeks Berita

Beranikah Kamu Mendengarkan Kebenaran?

Selasa, 23 September 2025 | 08:11 WIB Last Updated 2025-09-23T01:12:33Z
Ilustrasi memberi nasihat

Shalom, sobat muda.

Nasihat, bagi banyak dari kita, terasa lebih seperti pil pahit daripada permen manis. Sering kali, reaksi pertama kita saat mendengarnya adalah menutup telinga, membela diri, atau bahkan balik menyerang. Kita merasa diserang, dihakimi, atau diremehkan. Padahal, Alkitab mengajarkan bahwa menerima nasihat adalah tanda kebijaksanaan dan kerendahan hati.


Mengapa Kita Sering Menolak Nasihat?


Secara alami, kita tidak suka jika ada yang menunjukkan kelemahan atau kesalahan kita. Ego kita merasa terancam, dan harga diri kita terluka. Kita berpikir,


"Dia siapa berani-beraninya memberitahu saya?" Atau "Dia tidak tahu apa yang saya rasakan."


Sikap seperti ini adalah jebakan yang menghalangi kita untuk bertumbuh. Amsal 12:15 dengan tegas menyatakan,


"Jalan orang bodoh lurus dalam pandangannya sendiri, tetapi orang bijak mendengarkan nasihat."


Orang yang bijak menyadari bahwa ia tidak tahu segalanya. Ia mau belajar dari sudut pandang orang lain.


Nasihat yang Jujur adalah Karunia


Tentu, tidak semua nasihat itu baik. Namun, nasihat yang tulus dari seorang teman atau keluarga yang peduli adalah karunia yang tak ternilai. Amsal 27:6 mengatakan,


"Luka karena seorang sahabat berpura-pura adalah lebih baik daripada ciuman musuh yang tulus."


Seorang sahabat sejati memiliki keberanian untuk mengatakan kebenaran yang mungkin menyakitkan, karena ia peduli pada kebaikan kita. Ia tidak akan membiarkan kita terus-menerus mengulangi kesalahan yang sama. Menerima nasihat yang jujur adalah tanda bahwa kita menghargai dan mempercayai orang tersebut.


Langkah Menerima Nasihat dengan Hati Lapang


  • Dengarkan Tanpa Membela Diri: Saat seseorang memberikan nasihat, dengarkan dengan sungguh-sungguh. Cobalah untuk memahami niat baik di baliknya sebelum bereaksi.

  • Introspeksi Diri: Setelah mendengarkan, luangkan waktu untuk merenungkan nasihat itu. Minta Roh Kudus menunjukkan kebenaran di dalamnya. Sering kali, kita terlalu fokus pada "selumbar di mata orang lain" tanpa menyadari "balok di mata kita sendiri" (Matius 7:3-5).

  • Bersyukur: Ucapkan terima kasih kepada orang yang telah berani memberi nasihat. Mengakui perhatian mereka, bahkan jika kita tidak sepenuhnya setuju, adalah tanda kematangan.


Pada akhirnya, keberanian untuk mendengar kebenaran adalah langkah pertama menuju kedewasaan. Mari kita belajar membuka hati dan melihat nasihat bukan sebagai serangan, tetapi sebagai alat untuk membentuk kita menjadi pribadi yang lebih baik.

               
         
close